SENTRAL ORGANISASI KARYAWAN SWADIRI INDONESIA
( S O K S I )
SEJARAH ORGANISASI SOKSI
Dalam Sejarah kelahiran SOKSI , ada beberapa momentum yang memiliki nilai sangat tinggi, dan sangat menentukan langkah dan strategi perjuangan organisasi, momentum-momentum tersebut adalah:
1. Kehidupan politik di tanah air setelah pelaksanaan Pemilihan Umum Tahun 1955 yang pertama kali dilaksanakan oleh Bangsa Indonesia setelah Proklamasi 17 Agustus 1945, khususnya pada situasi periode 1957 sampai dengan 1965 sangat tidak menguntungkan bagi struktural politik, sosial, budaya, dan perekonomian Bangsa Indonesia. Berbagai gejolak sosial politik yang bersifat kedaerahan seperti PRRI, dan PERMESTA, adalah merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses mencari bentuk sistem kehidupan politik, sosial, budaya, dan perekonomian Bangsa Indonesia.
2. Berbagai keputusan politik yang sangat startegis telah pula dikeluarkan oleh pemerintah Bung Karno pada tahun 1957 sampai dengan 1959, antara lain; Perjuangan pembebasan Irian Barat, Pembatalan Konfrensi Meja Bundar, ambil alih / Nasionalisasi Perusahaan-perusahaan milik Belanda, dan Dekrit Presiden tanggal, 5 Juli 1959; Konstituante dibubarkan, dan Undang-Undang Dasar 1945 diberlakukan kembali sebagai landasan Konstistusional Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sistem politik Liberal ditinggalkan, dan dimulai sistem politik yang dikenal dengan Demokrasi Terpimpin.
3. Pada Tahun 1957, Badan Nasionalisasi (BANAS) dibentuk untuk melaksanakan ambil alih, atau Nasionalisasi perusahaan-perusahaan milik Belanda, dengan Ketua Harian BANAS Bapak D. Suprayogi (Mayjen), dan Bapak Suhardiman (Kapten-TNI-AD) sebagai Sekretaris BANAS.
4. Sebagai Sekretaris BANAS, Bapak Suhardiman berbekalkan naluri kejuangan, dan keyakinan yang kuat serta dari pengamatan, mempelajari, dan mengkaji permasalahan yang dihadapi Bangsa Indonesia selama tiga tahun (1957-1960), maka dari Ide Dasar Manusia Karya sebagai perwujudan dari Manusia Indonesia baru disampaikan kepada Ketua Harian BANAS, dan sekaligus mengusulkan agar dibentuknya PERSATUAN KARYAWAN PERUSAHAAN NEGARA, bahwa dengan konsep ini akan mampu mengimbangi, dan menandingi PKI, serta seluruh jajarannya.
5. Tanggal, 20 Mei 1960: ketua Harian BANAS menyampaikan Ide Dasar tentang Karyawan, atau Manusia Karya Swadiri (Karyawan Swadiri) yang diusulkan oleh Bapak Suhardiman tersebut pada sidang Kabinet, sekaligus persiapan dibentuknya organisasai PERSATUAN KARYAWAN PERUSAHAAN NEGARA (PKPN) yang kemudian diperingati sebagai hari kelahiran SOKSI (Sentral Organisasi Karyawan Sosialis Indonesia).
6. Kehadiran Organisasi PKPN dengan cepat menyebar diperusahaan-perusahaan negara diseluruh wilayah Indonesia, dan sekaligus telah menggelisahkan PKI karena mengancam keberadaannya. PKI melakukan protes melalui berbagai media-masa atas kehadiran PKPN.
7. Untuk menindaklanjuti perkembangan PKPN, maka pada pertengahan tahun 1961 diadakan rapat pleno seluruh pimpinan PKPN, dan dengan menghasilkan keputusan untuk Mendirikan; Badan Koordinasi Pusat Persatuan Karyawan Perusahaan Negara (BKPPKPN), dengan Ketua Umum, Suhardiman, dan Sekretaris Jenderal, Adolf Rachman.
8. Tanggal, 21 September 1962: Musyawarah Kerja Nasional I BKPPKPN (Badan Koordinasi Pusat Persatuan Karyawan Perusahaan Negara) yang diselenggarakan di Palembang, khususnya komisi organisasi tidak berhasil memutuskan apa nama yang tepat bagi organisasi kedepan, karena nama BKPPKPN dianggap tidak mencerminkan ciri, dan misi yang jelas. Sebagai Ketua Umum BKPPKPN Bapak Suhardiman mengusulkan nama SOKSI (SENTRAL ORGANISASI KARYAWAN SOSIALIS INDONESIA), maka Mukernas I BKPPKPN menerima usul tersebut, dan bersepakat nama BKPPKPN diganti menjadi SOKSI sebagai nama, sekaligus Jati Diri bagi perjuangan Karyawan Indonesia.
9. Kalimat SOSIALIS mengandung pengertian SOSIALISME PANCASILA yang bercirikan Manusia Karya yang mandiri, dan sejahtera.
10. 17-22 Desember 1962: Musyawarah Besar (MUBES) I BKPPKPN, atau disebut juga sebagai MUBES I SOKSI di Gelora Bung Karno, Jakarta yang menghasilkan legitimasi bagi keberadaan organisasi SOKSI secara Nasional. Amanat Presiden Soekarno pada MUBES I SOKSI secara politis benar-benar telah memberikan arti khusus, dan legalitas bagi keberadaan BKPPKPN sebagai embrio SOKSI secara Nasional.
11. Musyawarah Besar I BKPPKPN, menetapkan keputusan strategis :
i. Penetapan Nama Sentral Organisasi Karyawan Sosialis Indonesia (SOKSI), sebagai pengganti Badan Koordinasi Pusat Persatuan Karyawan Perusahaan Negara (BKPPKPN).
ii. Restu Bung Karno terhadap keberadaan, dan misi SOKSI.
iii. Strategi Bung Karno terhadap keberadaan, dan misi SOKSI.
iv. Memilih, dan menetapkan Suhardiman sebagai Ketua Umum, dan sekaligus Kuasa Penuh Nasional (KUPENAS) SOKSI.
v. Perluasan basis SOKSI yang menjangkau seluruh sektor kehidupan di seluruh wilayah Indonesia , yakni Pemuda, pelajar, Mahasiswa, Cendikiawan, Buruh, Tani, Wanita, dan seterusnya.
12. Sejak tahun 1962 tersebut, berbagai organisasi sayap dibentuk oleh SOKSI dengan mengambil nama "kontra" underbownya PKI seperti LEKRILEKRA, GERWASIGERWANI, RTIBTI,PELMASI, dstnya.
13. 23 Maret 1963; Di Lahirkan Doktrin Perjuangan SOKSI yaitu, KARYAWANISME sebagai ajaran yang diyakini kebenarannya dalam melaksanakan perjuangan SOKSI. semula disebut Manifesto Karyawan, dan pada tahun 1968 menjadi Doktrin KARYAWANISME.
SOKSI bukan lahir sebagai organisasi kekuatan sosial politik, tetapi sebagai organisasi kemasyarakatan yang berorientasi pada Karya, dan Kekaryaan. Sebagai organisasi perjuangan, dan gerakan yang memiliki wawasan Ideologi, dan misi politik berupa Lima Komitmen Strategis. Komitmen-komitmen tersebut adalah bersifat Abadi, dan senantiasa melahirkan Ide, fikiran, gagasan, dan konsep baru demi terwujudnya pemahaman terhadap pola, dan sistem kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara dibidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Arah, dan tujuannya adalah Masyarakat Sosialis Pancasila, atau masyarakat sejahtera lahiriyah, dan bathiniyah.
Inilah hakekat jati diri SOKSI yang tak pernah tergoyahkan oleh rintangan, dan tantangan yang menghadang, Bahwa dengan Ide Dasar Manusia Karya Swadiri, dan Jati diri SOKSI inilah yang mewarnai Doktrin perjuangan KARYAWANISME sebagai pengaman, dan pengamalan Pancasila. Bahwa sejak awal kelahirannya SOKSI di tahun 60-an, SOKSI telah berjuang habis-habisan melawan Partai Komunis Indonesia dengan ideologi komunisnya sampai terkuburnya Partai Komunis Indonesia setelah pemberontakan G 30 S/PKI, gagal tahun 1965. Meskipun Partai Komunis Indonesia dengan mantel-mantel organisasnya telah dibubarkan , dan ajaran komunis (Marxisme-Leninisme) dilarang, namun SOKSI senantiasa tetap waspada terhadap bahaya laten sisa-sisa G 30 S/PKI.
SOKSI merupakan salah satu organisasi cikal bakal yang turut membidani kelahiran Golongan Karya (GOLKAR) pada tahun 1964, dan terus memberikan dukungannya untuk perkembangan, dan pertumbuhan GOLKAR sebagai organisasi kekuatan sosial politik yang semakin mandiri, dan berakar ditengah-tengah masyarakat.
DINAMIKA PERJUANGAN SOKSI
1. Tahun 1960-1963; merupakan tahun pengembangan organisasi. Fase ini adalah fase untuk memperluas sayap organisasi, dan menanamkan pengertian kepada masyrakat mengenai "sankan paran"nya SOKSI.
2. Tahun 1963-1964; merupakan tahun-tahun Konsolidasi, Kristalisasi SOKSI guna menempa kekuatan, dan kesatuan massa pendukung SOKSI.
3. Tahun 1964-1965; merupakan tahun "action" fase ini merupakan pengalaman, dan pelaksanaan tugas-tugas perjuangan. Dalam tahun-tahun ini SOKSI mengalami tugas-tugas berat, karena padatahun 1964 SOKSI membidani kelahiran Golongan Karya (GOLKAR), dan pada saat yang sama pula SOKSI harus membendung secara ofensif politik dari PKI.
4. Pada tahun 1965 SOKSI secara total berperan aktif bersama kekuatan yang setia kepada Pancasila menumpas pemberontakan G 30 S/PKI. Pada Juli 1965, dengan persetujuan, dan restu J.M. Mentri/Panglima Angkatan Darat, Letnan Djenderal Achmad Yani, menyetujui penginterasian perjuangan SOKSI dengan Doktrin TNI_AD Tri Ubaya Cakti, atau lebih dikenal dengan SOKSI MANUNGGAL DENGAN TRI UBAYA CAKTI.
5. Tahun 1966-1969; merupakan tahun perjuangan menegakkan Orde Baru, dan meletakkan landasan untuk pelaksanaan Pembangunan Nasional.
6. Tahun 1970-an; merupakan tahun perjuangan untuk rekonsolidasi organisasi SOKSI memasuki tantangan baru yang dihadapinya. Pada tahun 1971 SOKSI memusatkan perhatian untuk memenangkan GOLKAR dalam Pemilu yang pertama kalinya dilaksanakan pada masa Orde Baru.
7. Tahun 1973; merupakan tahun " pengembaraan" bagi SOKSI. pada fase ini telah lahir struktur politik baru, yaitu dengan Undang-Undang No. 3 tahun 1973 tentang Partai Politik, dan Golongan Karya. Dalam Undang-Undang tersebut diletakkan dasar-dasar kenaggotaan Partai Politik, dan GOLKAR yang bersifat perorangan. Menghadapi keadaan ini SOKSI menyerahkan kader-kadernya kepada GOLKAR, dan SOKSI memilih "mengembara", atau memilih jalan baru.
8. Tahun 1973 -1978; merupakan tahun pengembaraan SOKSI, dan pada pertengahan tahun 1978. SOKSI mulai bangkit kembali dengan melaksanakan kaderisasi SOKSI melalui organisasi sayap Wira Karya Indonesia.
9. Tahun 1980-an; merupakan tahun-tahun "kebangkitan kembali" SOKSI, SOKSI GUGAH, SOKSI TRIWIKRAMA, dimana masa-masa sulit telah mampu diatasi SOKSI.
Ada 3 faktor kekuatan yang mendorong SOKSI untuk bangkit, yaitu:
1. SOKSI senantiasa mengembangkan daya kreativitas, bersikap inovatif sesuai dengan raising demand.
2. SOKSI memiliki integrasi faktor berupa Doktrin Karyawanisme, dan
3. SOKSI memiliki " Courrage", atau keberanian untuk menghadapi kenyataan, dan tantangan-tantangan perjuangan.
Pada fase ini SOKSI melakukan gerakan Kaderisasi secara Nasional yang dikenal dengan Kader Bangsa.
10. Tahun 1985; merupakan tahun lahirnya 5 (lima) Undang-undang dibidang politik. Undang-Undang ini mempertegas kembali posisi Partai-partai Politik, dan Organisasi kemasyarakatan menitik beratkan gerak juangnya pada bidang sosial kemasyarakatan, dan bidang ekonomi.) Undang-undang dibidang politik. Undang-Undang ini mempertegas kembali posisi Partai-partai Politik, dan Organisasi kemasyarakatan menitik beratkan gerak juangnya pada bidang sosial kemasyarakatan, dan bidang ekonomi.
KARYAWANISME, SEBAGAI DOKTRIN PENGAMALAN DAN PENGAMANAN PANCASILA
DOKTRIN, ADALAH KESATUAN PEMIKIRAN YANG MELIPUTI DASAR-DASAR PEMIKIRAN SERTA PAHAM-PAHAM POKOK YANG DIJADIKAN PEDOMAN, PEGANGAN, DAN BIMBINGAN DALAM MELAKSANAKAN KEGIATAN ORGANISASI DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN DALAM RANGKA MENCAPAI CITA-CITA ORGANISASI.
DOKTRIN BERPERAN UNTUK MEMBERIKAN ARAH, DAN STRATEGI YANG MANTAP BAGI SUATU ORGANISASI DALAM MELAKSANAKAN PERJUANGAN, DAN PENGABDIANNYA.
DIDALAM DOKTRIN TERSEBUT TERKANDUNG ASAS, AJARAN, PRINSIP-PRINSIP POKOK, TEORI, DAN PENGALAMAN YANG SUDAH DI-UJI KEBENARANNYA, DAN DAPAT DIJADIKAN SEBAGAI PEDOMAN DASAR, DAN MENUMBUHKAN RASA PERSATUAN, DAN KESATUAN, TOLERANSI, KETAATAN DI KALANGAN PENDUKUNG-PENDUKUNGNYA DALAM RANGKA MENCAPAI TUJUAN PERJUANGANNYA.
DOKTRIN, DIJADIKAN KERANGKA BERFIKIR DALAM MENYATUKAN KONSEP YAITU: BERUPA POLA, DAN REKAYASA TENTANG HIDUP, DAN KEHIDUPAN, BAIK BERJANGKA PENDEK, MENENGAH MAUPUN PANJANG. MOTIVASINYA IALAH UNTUK MENCIPTAKAN PERUBAHAN, PEMBAHARUAN, DAN PEMBANGUNAN MANUSIA SECARA INDIVIDUAL, MASYARAKAT, BANGSA, DAN NEGARA. PROSES PERUBAHAN, PEMBARUAN, DAN PEMBANGUNAN TERSEBUT MENCIPTAKAN SUATU SISTEM INTERAKSI YANG MENGUNGKAPKAN STRUKTUR, FUNGSI, MEKANISME, DAN JUGA KULTUR.
DOKTRIN KARYAWANISME
DOKTRIN PERJUANGAN SOKSI, DISEBUT KARYAWANISME, KARYAWANISME ADALAH PAHAM TENTANG KEBERADAAN KARYAWAN, ATAU INSAN KARYA, ATAU MANUSIA KARYA INDONESIA DALAM ALAM RAYA SEMESTA UNTUK MEWUJUDKAN KESEJAHTERAAN LAHIR, DAN BATIN YANG BERUPA PEMENUHAN KEBUTUHAN PANGAN, SANDANG, PERUMAHAN, KOMUNIKASI, KESEHATAN, PEKERJAAN, PENDIDIKAN, KEHIDUPAN BERAGAMA, DAN PERGAULAN DALAM KEHIDUPAN BERMASYARAKAT, BERBANGSA, DAN BERNEGARA.
KARYAWANISME BERTITIK TOLAK DARI KODRAT MANUSIA SEBAGAI MANUSIA KARYA, DALAM MEWUJUDKAN KESEJAHTERAAN LAHIR-BATIN, MANUSIA TELAH DIBEKALI DENGAN IMAN, ILMU, DAN AMAL. DENGAN MODAL TERSEBUT IA MAMPU MENGKOMUNIKASIKAN DIRI SECARA VERTIKAL TRANSCENDENTAL KEPADA TUHAN YANG MAHA ESA SESUAI DENGAN AGAMA, DAN KEPERCAYAANNYA MASING-MASING.
SECARA INTERNAL, DAN HORIZONTAL MANUSIA DIBEKALI KEMAMPUAN UNTUK MENGOLAH, DAN MEMANFAATKAN ALAM RAYA UNTUK KESEJAHTERAAN UMAT MANUSIA SECARA ADIL, DAN BERADAB DENGAN TETAP MENJAGA, DAN MEMELIHARA KELESTARIAN ALAM RAYA SEBAGAI AJANG KEHIDUPAN, DAN PENGHIDUPAN MANUSIA.
MENURUT KONSEP KARYAWANISME, DALAM AMAL PERBUATANNYA MANUSIA SELALU MELAKUKAN KOMUNIKASI TIMBAL-BALIK DENGAN MASYARAKAT LINGKUNGANNYA, BAIK NASIONAL MAUPUN MONDIAL DENGAN DILANDASI PRINSIP PERMUSYAWARATAN YANG DIPIMPIN OLEH HIKMAH KEBIJAKSANAAN. KOMUNIKASI VERTIKAL TRANSCENDENTAL, INTERNAL, DAN HORIZONTAL HANYA DAPAT DIWUJUDKAN MELALUI KARYA NYATA.
MANUSIA KARYA SEBAGAI MAHLUK CIPTAAN TUHAN DIBEKALI KEMAPUAN UNTUK BERKARYA GUNA MENYEMPURNAKAN, DAN MEMPERBAIKI KUALITAS KEHIDUPANNYA. PENYEMPURNAAN KUALITAS KEHIDUPAN DILAKSANAKAN DENGAN BERKARYA SECARA TERUS MENERUS SELAMA HIDUPNYA.
KARYA MERUPAKAN KEGIATAN KODRATI MANUSIA DENGAN TUJUAN MEMBEBASKAN DIRINYA DARI BELENGGU KEMISKINAN, KEBODOHAN, DAN KETERBELAKANGAN GUNA MENCAPAI KEEEJAHTERAAN LAHIR BATIN. KARENA ITULAH, UNTUK MEMBERI MAKNA PADA KEHIDUPANNYA DENGAN BELAJAR DARI PENGALAMAN SEJARAH MASA LAMPAU, DAN MENATAP MASA DEPAN, MAKA DALAM EKSISTENSINYA SEKARANG INI MANUSIA KARYA SENANTIASA MERASA TERPANGGIL, DAN BERKEWAJIBAN UNTUK BER-YUDHA KARYA, MEMBANGUN KARYA GUNA MENINGKATKAN HARKAT, DAN MARTABATNYA.
MANUSIA KARYA ADALAH “HOME CREATOR” KARENA DALAM SETIAP KARYANYA IA MENCIPTA, MEMBERIKAN BENTUK, DAN ISI MELALUI DAYA CIPTA, RASA, KARSA, DAN KARYANYA YANG MANUSIAWI. HASIL CIPTA, RASA, DAN KARSA MANUSIA HANYA BERMANFAAT BILA DI-EKSPRESIKAN KEDALAM KARYA, DAN SETIAP KARYA DARI MANUSIA KARYA HARUSLAH DAPAT DIPERTANGGUNGJAWABKAN KEPADA TUHAN YANG MAHA ESA, BERMANFAAT BAGI SESAMA, DAN MENJAMIN KELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP.
DENGAN DEMIKIAN KARYA ADALAH MERUPAKAN EKSPRESI MANUSIA ITU SENDIRI, KARYA MEMUNYAI MAKNA FUNGSIONAL YANG MEMUNGKINKAN SESEORANG UNTUK MEREALISASIKAN DIRI SECARA LEBIH BAIK. MELALUI KARYANYA MANUSIA AKAN MENAMPILKAN APA, DAN SIAPA DIA. BATINNYASEOLAH-OLAH DILAHIRKAN SEHINGGA TAMPIL PRIBADINYA. DENGAN KARYA, BATIN SESEORANG SEMAKIN TERBUKA, DAN DENGAN BERKARYA SESEORANG SEMAKIN MENGENAL DIRINYA SENDIRI, SEBAB SETIAP KARYA MERUPAKAN PENYINGKAPAN SELURUH PRIBADI MANUSIA KARYA.
KARYA MENURUT DOKTRIN KARYAWANISME MENUNTUT KE-IKHLASAN, KETAQWAN, KESABARAN, KETAATAN, DAN KELURUHAN BUDI MANUSIA, SEBAB KARYA MEMILIKI SIFAT ETIS, PISIKIS, DAN SOSIOLOGIS, KARENA ITULAH KARYA SELALU BERGUNA BAGI MASYARAKAT, DAN BERMAKNA BAGI DIRI SENDIRI.
KARYA PADA HAKEKATNYA ADALAH EKSPRESI PERKEMBANGAN HIDUP MANUSIA, BAIK SECARA PRIBADI MAUPUN KELOMPOK. KARYA MENCERMINKAN SEJARAH KEMAJUAN MANUSIA BERBUDAYA, KARENA ITU MENURUT DOKTRIN KARYAWANISME, KARYA ADALAH POSITIF, KONSTRUKTIF, DAN DINAMIS SERTS MENUMBUHKAN KEBANGGAAN PRIBADI, MEMBERI RASA KEBEBASAN, DAN MEMBUKA JALAN MENUJU PERGAULAN YANG SERASI DENGAN SESAMANYA.
MENURUT DOKTRIN KARYAWANISME, KARYA MELAHIRKAN KEGIATAN, DAN KEWAJIBAN YANG BERUPA AMAL PERBUATAN MANUSIA SESUAI DENGAN KODRATNYA SEBAGAI MAHLUK TUHAN YANG MAHA ESA. KARENA ITU KARYA SEBAGAI KEGIATAN KODRATI MANUSIA DILAKSANAKAN BAIK DENGAN IMBALAN BALASAN JASA, ATAU TIDAK. SIKAP INI DIKENAL DENGAN MOTTO “SEPI ING PAMRIH, RAME ING GAWE” MEMPEROLEH MAKNANYA.
KARYA MENCIPTAKAN KESEIMBANGAN, KESERASIAN, DAN KESELARASAN ANTARA HAK, KEWAJIBAN, DAN TANGGUNG JAWAB SERTA ANTARA KEPENTINGAN, KEBUTUHAN, DAN PENGORBANAN. MELALUI KARYA DIKEMBANGKAN SUMBER DAYA ALAM, DAN SUMBER DAYA MANUSIA YANG POTENSIAL DALAM PEMBANGUNAN MENJADI KEKUATAN RIIL MENUJU TERCAPAINYA CITA-CITA. SUMBERDAYA ALAM, DAN SUMBER DAYA MANUSIA ITU HARUSLAH DIKELOLA DENGAN KEKUATAN SENDIRI MENJADI KEKUATAN NASIONAL UNTUK KEJAYAAN BANGSA, DAN NEGARA, BAHKAN ALAM SEMESTA.
HAL INI JELAS MENUNTUT PENGEMBANGAN, DAN PENINGKATAN KUALITAS MANUSIA KARYA SECARA TERUS MENERUS AGAR MAMPU MEN-TRANSFORMASIKAN SUMBER DAYA ALAM ITU MENJADI SARANA BUDAYA YANG MAMPU MEMBUAT MUTU KEHIDUPAN MENJADI LEBIH BAIK, PROSES TRASFORMASI INI DILAKUKAN MELALUI KARYA.
DOKTRIN KARYAWANISME SEBAGAI PENGAMALAN PANCASILA KARYAWANISME SEBAGAI PENGAMALAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NASIONAL MENYANGKUT WAWASAN KEBANGSAAN, ATAU NASIONALISME YANG MENGILHAMI, DAN MEMBERIKAN SEMANGAT UNTUK BERSATU PADU. DARI SUDUT PANDANG INI MAKA KARYAWANISME BOLEH DISEBUT SEBAGAI OPERASIONALISASI DARI NASIONALISME BARU, DAN TERMANIFESTASIKAN PADA KESADARAN MASYARAKAT, BERBANGSA DAN BERNEGARA, DAN KEHENDAK UNTUK BERSATU BERDASARKAN PERSAMAAN NASIB, DAN KEPENTINGAN YANG SELALU BERKEMBANG SESUAI DENGAN PROSES PERUBAHAN SOSIAL.
SEBAGAI SUATU PERJUANGAN KARYAWANISME MEMBERIKAN SUATU KEYAKINAN, KEBANGSAAN, DAN TUMPUAN HARAPAN YANG MAMPU MENJADI PENGGERAK, DAN MOTIVASI UNTUK MENDORONG SEGENAP BANGSA INDONESIA UNTUK BERSATU PADU, BERYUDHA KARYA GUNA MEWUJUDKAN MASYARAKAT ADIL MAKMUR BERDASARKAN PANCASILA.
KARYAWANISME SEBAGAI SUATU KEYAKINAN PERJUANGAN MENGANDUNG PEMIKIRAN-PEMIKIRAN KRITIS, RASIONAL OBYEKTIF, SEBAGAI ILMU, DAN KONSEP PERJUANGAN. SEBAGAI ILMU KARYAWANISME MENGANDUNG ALAM BERFIKIR YANG LOGIS, KARYAWANISME MENGAJARKAN PENGETAHUAN BAHWA REALITA YANG ADA DALAM ALAM SEMESTA INI BERSIFAT RASIONAL DIALEKTIS, DAN FUNGSIONAL INTEGRALISTIS.
DALAM KAITAN INI TRANSFORMASI, DAN REFORMASI DITEMPUH SECARA PROGRESIF EVOLUSIONER. KARYAWANISME MENGANDUNG MAKNA BAHWA SECARA OPERASIONAL, DAN KULTURAL MESTI MENGANDUNG SIKAP, DAN TATA SUSILA, YAITU SIKAP BERBUDI LUHUR, RENDAH HATI TETAPI PERKASA. HARGA DIRI SENDIRI, ATAU SESEORANG HARUS DIDASARKAN PADA NILAI PROFESIONALISME, PATRIOTISME, DAN MORAL THEISME.
KARYAWANISME MENENTUKAN AGAR SEORANG MANUSIA KARYA SELALU TAHU DIRI, HARGA DIRI, DAN CINTA KEPADA SESAMA SERTA MENGHARGAI TATA SUSILA, TAHU ADAT SEBAGAI INTI KEPRIBADIAN NASIONAL YANG LUHUR. DIDALAM MENGABDIKAN DIRI, SIKAP SEPI ING PAMRIH, RAME ING GAWE MERUPAKAN SIKAP PROFESIONALISME YANG BERWATAK, ATAU BERMORAL MENJADI ETIK YANG SELALU DI-JUNJUNG TINGGI , DAN SIKAP PATROTIK YANG TERCERMIN DALAM SEMBOYAN RAWE-RAWE RANTAS, MALANG-MALANG PUTUNG, SERTA MAJU TERUS, PANTANG MUNDUR.
DENGAN DEMIKIAN KARYAWANISME MERUPAKAN DOKTRIN UNTUK MENGAMALKAN PANCASILA, DAN MENGAMANKAN PANCASILA SEBAGAI FALSAFAH, DASAR, DAN IDEOLOGI NASIONAL. (soksi-1962)
JATI DIRI SOKSI
SOSIALISME PANCASILA; Amanat Penderitaan Rakyat merupakan kompas perjuangan Sentral Organisasi Karyawan Sosialis Indonesia (SOKSI) untuk mewujudkan tujuan Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, dimana harkat dan martabat setiap warga Bangsa harus dipulihkan dan cita-cita proklamasi dipenuhi yaitu membangun Negara Kesatuan Republik Indonesia yang adil, makmur damai dan sentosa. SOKSI yang lahir pada 20 Mei 1960, memilih jalur perjuangan yang bersifat Sosialis Pancasilais yang memiliki karakteristik kebersamaan, keadilan, solidaritas, saling mendukung, berpihak pada yang lemah dan membela kepentingan rakyat, menghapus kemiskinan atas dasar kesadaran keberpihakan dan bukan atas dasar persaingan semata. Sejalan dengan karakter tersebut, Sosialisme Pancasilais yang diperjuangkan oleh SOKSI bertujuan membangun manusia karya yang produktif, inovatif, mandiri, sejahtera dan bermartabat. Perwujudan karakteristik organisasi kemasyarakatan Sentral Organisasi Karyawan Sosialis Indonesia (SOKSI) dinyatakan dalam komitmennya terhadap karya dan kekaryaan, dimana etos kerja dan kreatifitas yang berorientasi pada kemajuan masyarakat, Bangsa dan Negara atas dasar kebersamaan merupakan alasan utama SOKSI untuk memilih jalur sosialisme. Orientasi pada karya dan kekaryaan merupakan wujud pengakuan SOKSI terhadap pemahaman bahwa pemenuhan keadaban setiap manusia Indonesia terletak pada karyanya yang berguna bagi orang lain. Sentral Organisasi Karyawan Sosilalis Indonesia (SOKSI) berkeyakinan pasal-pasal dari Undang-Undang Dasar 1945 harus dinyatakan secara jelas di dalam berbagai kebijakan publik yang secara mendasar menempatkan kepentingan keadilan dan tingkat kesejahteraan rakyat sebagai alat pengukur atas keberhasilan atau ketidak berhasilan setiap pengambilan keputusan dan kebijakan publik. Keyakinan SOKSI pada keutamaan muatan pasal 23, 27, 28, 31, 33, dan pasal, 34 Undang-Undang Dasar 1945 yang merupakan landasan konstitusional bagi keharusan keberpihakan negara dan penyelenggara negara terhadap kewajiban sosial dan ekonomi Negara kepada kepentingan rakyat, merupakan motivasi utama SOKSI untuk mengusung panji Sosialisme Pancasilais dalam gerak perjuangannya. Sentral Organisasi Karyawan Sosialis Indonesia (SOKSI) meyakini nilai-nilai Pancasila harus terwujud dalam tindakan yang mengedepankan ketaatan dan pengakuan pada supremasi Tuhan Yang Maha Esa, persatuan seluruh Bangsa, pengakuan atas harkat dan martabat manusia, demokrasi dan keadilan serta kesetaraan bagi semua.