Launching Kantor Baru, Siap Jadi Sahabat Pembaca di Kediri

Launching Kantor Baru, Siap Jadi Sahabat Pembaca di Kediri
Kepala Biro Berita Metro Kediri, Budi Arya memotong tumpeng yang akan diberikan kepada Direktur Pemberitaan Berita Metro M. Habibbullah (tiga dari kiri) diapit Kapolres Kota Kediri dan Ketua Komisi A DPRD Jatim, Sabron Djamil Pasaribu.
Sukses harian Berita Metro membuka beberapa kantor perwakilan di sejumlah daerah di Jawa Timur menjadi spirit bagi para Kepala Biro Berita Metro di daerah lainnya. Setelah Gresik, Minggu (22/12) kemarin, Berita Metro kembali meresmikan penempatan kantor perwakilan di Kediri. Peresmian kantor yang bermarkas di Jl Sersan Suharmadji, Kelurahan Manisrenggo 226 Kota Kediri  tersebut menandai bahwa koran harian yang terbit dari Jl Tunjungan 86 Surabaya itu semakin menunjukkan eksistensinya setelah hampir satu tahun beredar di kota tahu itu.


Tak seperti biasanya, peresmian kemarin juga tampak jauh lebih meriah karena diwarnai dengan berbagai macam kegiatan sosial. Di antaranya, jalan sehat bersama ribuan warga kota Kediri,  panggung hiburan rakyat, senam Aerobik yang diikuti anak-anak dan ibu-ibu serta kepedulian sosial lainnya yang dikemas Berita Metro dengan menyuguhkan banyak hadiah kepada peserta yang sudah berjubel sejak pukul 5.30 pagi WIB. Mulai dari peralatan rumah tangga hingga sepeda motor.

Dari jajaran Muspida, hadir Walikota Kediri H. Samsul Ashar yang meninggalkan acara lebih dulu karena harus berbagi waktu dengan kegiatan lainnya, Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata dan Olahraga H Nur Muhyar dan Kepala Dinas Kesehatan Anang Kurniawan, Kapolsek Kediri Kota Kompol Abraham Sisik dan beberapa lainnya. Sementara dari Pemkab Kediri hadir staf ahli bupati Purnomo dan pejabat dari BPN Kab. Kediri serta dari BNN. Hadir dalam acara tersebut Ketua Komisi A DPRD Jatim, Sabron Djamil Pasaribu.

Di hadapan peserta jalan sehat dan senam Aerobik serta di hadapan jajaran Muspida Kota/Kabupaten Kediri tersebut, Direktur Pemberitaan harian Berita Metro M. Habibullah mengatakan, hanya ada dua alasan yang membuat bisnis media bisa terus survive. Pertama, kerja keras dan terpeliharanya soliditas, kedua senantiasa menjaga kualitas (produk).

“Dua hal inilah yang akan menentukan masa depan dan eksistensi Berita Metro,” kata M. Habibullah.  Dalam hal menjaga produk dan kualitas, Pemred yang juga jebolan Jawa Pos Radar Mojokerto ini menyampaikan bahwa telah terjadi grafik pertumbuhan cukup positif yang menandai betapa tingkat penerimaan pembaca terhadap Berita Metro cukup tinggi.

“Sebelum akhirnya resmi dilaunching menjadi harian pada 10 November 2011 lalu, koran ini masih dibangun dari sebuah kos-kosan. Tapi karena niat dan kebersamaan yang sungguh-sungguh dari para pendiri dan keluarga besar Berita Metro, saat ini koran tersebut telah hadir di hampir seluruh kabupaten/kota di Jawa Timur. Menjadi bacaan para pengambil kebijakan, baik di jajaran ekskutif, legislatif maupun yudikatif.

Karakter Berita Metro yang selalu menghadirkan kejutan, baik dari pemilhan judul maupun model perwajahan (layout), lanjut alumnus Fakultas Syariah IAIN (UIN) Sunan Ampel Surabaya  itu telah mengundang banyak orang untuk membacanya. Bahkan, secara diam-diam banyak dari mereka yang menjadi pelanggan setia Berita Metro.

Dalam kesempatan tersebut, Habib juga menjelaskan makna tagline “Sahabat Semua Pembaca”. Dia menjelaskan hendaknya para pejabat dan pembaca setia Berita Metro lainnya, tidak memaknai tagline (slogan) tersebut secara sempit.

“Yang namanya sahabat, itu tidak harus dibiarkan ketika melakukan kesalahan. Harus diingatkan,” kata Habib. Dalam kontek media, cara mengingatkan sahabat (pembaca) tersebut ada tiga tingkatan. Mulai dari mengingatkan baik-baik sampai mengkritisi dan bahkan melawannya dengan teknik jurnalistik.

“Tingkatan mengingatkan di koran itu ada tiga. Informatif, artinya sekedar memberi informasi lewat tulisan/berita. Kalau tahap pertama nggak dihiraukan, baru masuk tahap penulisan level dua, yakni berita yang sedikit imperatif,” terang Habib. Tapi, jika dua cara tersebut masih tidak dihiraukan, biasanya media tadi baru menempuh tahapan ketiga dengan mengulas sajian data lebih lengkap, sedikit keras dan komprehensip.

“Inilah yang saya  maksud bahwa menjadi sahabat itu tidak harus menuruti dan membiarkan seluruh yang dimaui dia, tapi juga harus berani mengkritik dan memberi solusi, termasuk mengingatkannya,” kata Habib. (bud/arw)
BM